HTML

Sabtu, 24 April 2010

Mengenal "Indigo"

Apa itu Indigo?
Berasal dari bahasa Spanyol yang berarti ‘nila’–kombinasi warna biru dan ungu. Istilah anak indigo (indigo child) ditemukan oleh Nancy Ann Tappe, konselor terkemuka di Amerika Serikat.
Pada pertengahan 1970-an, Nancy meneliti warna aura manusia dan memetakan artinya untuk menandai kepribadian. Tahun 1982, ia menulis buku Understanding Your Life Through Color.
Warna aura bisa dilihat dengan Foto Kirlian atau dengan alat generasi baru sejenis video aura. Warna nila menempati urutan keenam pada spektrum warna pelangi maupun pada deretan vertikal cakra (dari bawah ke atas), dalam bahasa Sansekerta disebut Cakra Ajna, yang terletak di dahi, di antara dua mata.
Anak indigo adalah anak-anak yang memiliki warna aura dominan nila dan fisiknya sama seperti anak lainnya. Anak indigo memiliki jiwa atau roh yang sudah tua (old soul), sehingga dalam keseharian tidak jarang memperlihatkan sifat orang yang sudah dewasa atau tua.
Anak-anak ini memiliki kesadaran yang lebih tinggi daripada kebanyakan orang, mengenai siapa diri mereka dan tujuan hidup mereka. Sering kali anak indigo tidak mau diperlakukan seperti anak kecil dan tak mau mengikuti tata cara maupun prosedur yang ada.
10 Ciri Anak Indigo
Jan Tobler dalam pengantar buku The Care and Feeding of Indigo
Children menyebut ciri-ciri anak indigo:
1. Mereka datang ke dunia dengan rasa ingin berbagi.
2. Mereka menghayati hak keberadaannya di dunia ini dan heran bila ada yang menolaknya.
3. Dirinya bukanlah yang utama, sering kali menyampaikan ’siapa jati dirinya’ kepada orang tuanya.
4. Sulit menerima otoritas mutlak tanpa alasan.
5. Tidak mau/sulit menunggu giliran.
6. Mereka kecewa bila menghadapi ritual dan hal-hal yang tidak memerlukan pemikiran yang kreatif.
7. Sering kali menemukan cara-cara yang lebih tepat, baik di sekolah maupun di rumah, sehingga menimbulkan kesan “nonkonformistis” terhadap sistem yang berlaku.
8. Tampak seperti antisosial atau terasing, kecuali di lingkungannya. Sekolah sering kali menjadi amat sulit untuk mereka bersosialisasi.
9. Tidak berespons terhadap aturan-aturan kaku (misalnya “tunggu sampai ayahmu pulang”).
10. Tidak malu untuk meminta apa yang dibutuhkannya.
Narasumber : Koran Tempo Edisi 14 februari 209

0 komentar:

Posting Komentar

Tolong tinggalkan komentar agar penulis dapat lebih berkreasi lagi,,,trimakasih!!!!
boleh difacebook